28 Maret 2011

Sejarah The Dream Team ACMILAN I II III IV





berawal dari : Silvio Berlusconi ‘tak perlu berpikir panjang untuk membeli AC Milan pada 1986. Dia ambisius, dia memiliki banyak uang, dan dia gila sepak bola. Dia kemudian meretas jalan untuk mengantar Milan menuju tangga kesuksesan di seri A Liga Italia dan di Piala Champions Eropa. Jalan yang akhirnya melahirkan julukan The Dream Team bagi Milan.

Langkah awal, Berlusconi mencoba membangun skuad solid di tubuh Milan. Pelatih Arigo Sachi direkrut untuk meracik strategi tim; duo Belanda didatangkan: Marco Van Basten dari Ajax Amsterdam dan Ruud Gullit dari PSV Eindhoven. Duo Belanda tersebut kemudian dipadukan oleh Sachi dengan pemain-pemain lokal Italia: Giovani Galli, Franco Baresi, Mauro Tasotti, Alesandro Costacurta, Paolo Maldini, Angelo Colombo, Carlo Anceloti, Alberigo Evani, dan Roberto Donadoni.
Hasilnya, tanpa menunggu lama, Milan meraih gelar Seri A setahun berikutnya, yaitu pada musim 1987-1988. Milan meraih posisi puncak dengan meraih poin tertinggi 45, selisih tiga poin di atas peringkat dua, Napoli.

Musim berikutnya, 1988-1989, Milan tidak mampu mempertahankan gelar seri A-nya meskipun mendapat tambahan satu lagi pemain baru asal Belanda, Frank Rijkard, yang direkrut dari Real Zaragosa. Milan hanya mampu menduduki peringkat tiga dengan poin 46, selisih 12 poin di bawah sang juara, Inter Milan, yang diperkuat trio Jerman: Lothar Matheus, Juergen Klinsman, dan Andreas Brehme. Namun, di Piala Champions, Milan berhasil tampil maksimal sebagai juara dengan menghancurkan Steaua Bucharest yang diperkuat George Hagi, 4-0 tanpa balas. Gol dicetak oleh Gullit dan Van Basten, masing-masing dua gol.

Gelar Piala Champions kembali dipertahankan Milan di musim berikutnya, 1989-1990, setelah mengalahkan Benfica di partai final melalui gol tunggal Rijkard. Gelar Piala Super Eropa dan Piala Toyota juga berhasil diraih dengan mengalahkan Barcelona 2-1 agregat dan Atletico Nacional 1-0. Namun, di Seri A, Milan kembali gagal menjadi juara setelah hanya menduduki peringkat dua dengan poin 49, selisih dua poin di bawah sang juara, Napoli, yang diperkuat Diego Armando Maradona dan Ciro Ferrara.



Musim 1990-1991, Milan kembali gagal menjuarai seri A setelah lagi-lagi berada di peringkat dua dengan poin 46, selisih lima poin di bawah Sampdoria. Begitu juga dengan Piala Champions, Milan gagal mempertahankannya setelah kalah dari Marseile di perempat final dengan skor 1-4 agregat. Namun, Milan berhasil mempertahankan Piala Super Eropa dan Piala Toyota setelah mengalahkan Sampdoria 3-1 agregat dan Olimpia 3-0. Di musim ini juga, Milan menjual dua pemain emasnya, yaitu Angelo Colombo ke Bari dan kiper Giovani Galli ke Napoli. Untuk mengganti kiper, Milan merekrut Sebastiano Rossi dari Cessena. Musim ini menjadi akhir kejayaan bagi The Dream Team I.

Musim 1991-1992, Milan mengalami masa transisi. Pelatih Sachi keluar karena berseteru dengan Van Basten; posisinya kemudian digantikan oleh Fabio Capello. Di musim ini juga turut bergabung gelandang muda berbakat, Demitrio Albertini, yang direkrut dari Padova. Hasilnya luar biasa, Milan kembali menjuarai seri A dengan poin 56, selisih delapan poin di atas peringkat dua, Juventus, yang diperkuat oleh Roberto Baggio.

Kesuksesan berlanjut ke musim 1992-1993. Milan kembali memuncaki seri A dengan meraih poin 50, selisih empat poin di atas peringkat dua, Inter Milan. Namun sayang, kesuksesan tersebut tidak berlanjut ke Piala Champions setelah Milan dikalahkan Marseille 0-1 di partai final, partai yang juga membuat Van Basten mendapatkan cedera parah di bagian engkelnya yang kemudian membuatnya pensiun selamanya dari sepak bola. Di musim ini, Milan juga banyak merekrut pemain baru: Jean Piere Papin dari Marseile, Zvonimir Boban dari Bari, Dejan Savisevic dari Red Star Belgrade, Stefano Eranio dari Genoa, dan Gianluigi Lentini dari Torino.

Musim selanjutnya, 1993-1994, Milan kembali berbenah menyusul hengkangnya duo Belanda: Gullit ke Sampdoria dan Rijkard ke Ajax Amsterdam, plus cedera parah yang diderita Van Basten dan pensiunnya Carlo Ancelotti, serta semakin tuanya umur beberapa pemain: Mauro Tasotti dan Roberto Donadoni. Pemain-pemain baru pun direkrut: Marcel Desaily dari Marseille, Brian Laudrup dari Fiorentina, Cristian Panucci dari Genoa, dan Florin Radocioui dari Brescia.

Hasilnya mantap, Milan meraih sukses ganda: menjuarai Seri A dan Piala Champions. Di Seri A, Milan memuncaki klasemen dengan poin 50, selisih tiga poin di atas peringkat dua, Juventus. Di Piala Champions, Milan menghancurkan Barcelona yang diperkuat Romario dan Ronald Koeman, serta dilatih Johan Cruyf, 4-0 tanpa balas. Dua gol dicetak Massaro, dua gol lainnya dicetak oleh Savicevic dan Desaily. Di musim ini, Milan juga tampil di Piala Toyota menggantikan Marseille yang dihukum karena kasus suap, namun Milan kalah dari Sao Paolo 2-3.

Musim 1994-1995, Milan gagal mempertahankan kesuksesannya. Gelar seri A direbut Juventus yang diperkuat Fabrizio Ravanelli, Gianluca Vialli, Didier Deschamps, dan pemain muda Alesandro Del piero. Di Piala Champions, Milan dikalahkan Ajax Amsterdam di partai final 0-1 melalui gol tunggal Patrick Kluivert. Di Piala Toyota, Milan juga kalah 0-2 dari Vales Sarsfield yang diperkuat kiper tangguh Jose Luis Chilavert. Gelar Piala Super Eropa menjadi gelar satu-satunya setelah Milan mengalahkan Arsenal 4-1 agregat. Musim ini menjadi akhir kejayaan dari The Dream Team II.

Selama 1995 hingga 2001, Milan membeli beberapa pemain bintang untuk memperkuat skuad. Ada yang berhasil; Ada yang gagal. Mereka yang berhasil di antaranya Roberto Baggio dan George Weah yang berhasil membawa Milan juara Seri A musim 1995-1996; Oliver Bierhoff yang berhasil membawa Milan juara Seri A musim 1998-1999, dan Andriy Shevchenko yang berhasil menciptakan 26 gol dan menjadi top skor Seri A, namun keberadaan mereka belum berhasil menciptakan The Dream Team baru.

Musim 2001-2002, Milan kembali berbenah. Pemain-pemain baru berkualitas didatangkan: Gennaro Gattuso dari Salernitana dan Rui Costa dari Fiorentina. Namun, musim ini, Milan tetap tidak mampu menggeser dominasi Juventus.

Musim berikutnya, 2002-2003, pemain-pemain baru kembali didatangkan: Clarence Seedorf dan Andrea Pirlo dari Inter Milan, Filippo Inzhagi dari Juventus, Serginho dari Cruzeiro Brazil, Fernando Redondo dari Real Madrid, dan Rivaldo dari Barcelona. Pelatih baru juga direkrut untuk mengolah strategi tim, yaitu Carlo Ancelotti, mantan pemain Milan era The Dream Team I.

Hasilnya, Milan berhasil merebut juara Coppa Italia dengan mengalahkan AS Roma 6-3 agregat dan merebut Piala Champions dengan mengalahkan Juventus lewat drama adu pinalti 3-2 (0-0).

Musim 2003-2004, Milan mendatangkan pemain muda asal Sao Paolo Brazil, Ricardo Kaka. Hasilnya, Milan menjuarai Seri A dan menggeser dominasi Juventus. Milan memuncaki klasemen dengan poin 72, selisih 6 poin di bawah peringkat dua, AS Roma. Milan juga meraih gelar Piala Super Eropa dengan mengalahkan FC Porto 1-0. Namun sayang, Milan gagal meraih Piala Toyota setelah dikalahkan Boca Juniors lewat adu pinalti. Begitu pula di Piala Champions, geliat Milan hanya sampai perempat final setelah dikalahkan Deportivo La Coruna, 4-5 agregat.

Musim 2004-2005, Milan mendatangkan Hernan Crespo dari Chelsea. Namun, Milan tetap gagal berprestasi di seri A. Di Piala Champions, Milan sebenarnya berpeluang besar menjadi juara, namun akhirnya gagal secara dramatis setelah dikalahkan Liverpoll lewat adu pinalti 3-1, padahal di babak normal, Milan sudah unggul terlebih dahulu 3-0, namun dapat disamakan 3-3.

Musim 2005-2006, formasi Milan tidak banyak berubah, hanya tambahan pemain muda Alberto Gilardino di sektor depan. Hasilnya juga tidak jauh beda, Milan gagal menjuarai Seri A dan di Piala Champions, prestasi Milan terhenti di semi final setelah dikalahkan Barcelona 1-0 agregat. Namun, di musim ini, pemain-pemain Milan memberikan kontribusi bagi Italia untuk meraih gelar Piala Dunia 2006 dengan mengalahkan Prancis lewat adu pinalti 5-4. Di musim ini juga, Milan menjual bintangnya Andriy Shevchenko ke Chelsea.

Musim 2006-2007, Milan memulai Seri A dengan poin minus delapan setelah terlibat kasus Calciopoli. Hasilnya, di akhir musim, Milan ‘tak mampu menjuarai seri A. Di Liga Champions, Milan memulai dari babak kualifikasi II, tapi Milan mampu menjuarai ajang ini setelah menghempaskan para wakil Inggris, Manchester United di Semi Final dengan 5-3 agregat dan Liverpoll di partai final dengan 2-1, sekaligus sebagai partai balas dendam atas kekalahan menyakitkan di final Piala Champions 2005.

Musim berikutnya, Milan memulai musim dengan menjuarai Piala Super Eropa dengan mengalahkan Sevilla 3-1. Kesuksesan berlanjut setelah Milan menjuarai Piala Toyota dengan mengalahkan Boca Juniors 4-2. Namun, gelar Piala Champions tidak mampu dipertahankan setelah Milan tertahan di Perdelapan Final oleh Arsenal dengan 0-2 agregat. Di Seri A, Milan juga tidak mampu menggeser dominasi Inter Milan. Musim ini menjadi akhir kejayaan The Dream Team III.

Skuad Inti The Dream Team I, pelatih: Arigo Sachi; kiper: Giovani Galli; bek: Franco Baresi, Alesandro Costacurta, Mauro Tasotti, Paolo Maldini; gelandang: Frank Rijkard, Angelo Colombo/Alberigo Evani, Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti; striker: Marco Van Basten, Ruud Gullit.

Prestasi: juara Seri A 1987-1988, Piala Super Italia 1988, Piala Champions 1989 dan 1990, Piala Super Eropa 1990 dan 1991, Piala Toyota 1990 dan 1991.

Skuad inti The Dream Team II, pelatih: Fabio Capello; kiper: Sebastiano Rossi; bek: Franco Baresi, Alesandro Costacurta, Mauro Tasotti/Cristian Panucci, Paolo Maldini; gelandang: Marcel Desaily, Demitrio Albertini, Zvonimir Boban, Roberto Donadoni/Stefano Eranio; penyerang: Danielle Massaro/Marco Simone, Dejan Savicevic.

Prestasi: Juara Seri A 1991-1992, 1992-1993, dan 1993-1994; juara Piala Italia 1992, 1993, dan 1994; juara Piala Champions 1994; Runner Up Piala Champions 1993 dan 1995; juara Piala Super Eropa 1995; Runner Up Piala Toyota 1994 dan 1995.

Skuad The Dream Team III, kiper: Nelson Dida, cristian Abiatti; bek: Paolo Maldini, Alesandro Nesta, Kakaber Kaladze/Marek Jankulovski, Serginho/Massimo Oddo; gelandang: Andrea Pirlo/Fernando Redondo, Gennaro Gattuso/Massimo Ambrossini, Rui Costa/Ricardo Kaka, Clarence Seedorf/Rivaldo; striker: Filipho Inzaghi/Alberto Gilardino, Andriy Shevchenko.

Prestasi: juara Seri A 2003-2004, juara Coppa Italia 2004, juara Liga Champions 2003 dan 2007 dan runner up 2005, juara Piala Super Eropa 2003 dan 2007, juara Piala Toyota 2008 dan runner up 2004.


0 komentar:

Posting Komentar